Apabila dikelola secara profesional dan optimal, Bank Pembangunan Asia pernah memprediksi kalau pendapatan zakat di Indonesia bisa melampaui angka Rp 100 triliun.Dana sebesar itu tentu bisa sangat bermanfaat untuk mengatasi berbagai masalah kemiskinan dan ketimpangan sosial di negara ini.
Wakil Presiden Boediono mengungkapkan itu dalam konferensi pertama World Zakat Forum (WZF) 2011 di Institut Pertanian Bogor International Convention Center (ICC), Selasa, 19 Juli 2011. “Sebuah angka yang sangat besar. Potensi zakat ini harus digali secara serius agar menjadi kekuatan ekonomi masyarakat,” katanya.
Konferensi itu diikuti sekitar 300 undangan. Mereka diantaranya datang dari Malaysia, Singapura, Brunei Darusalam, Aljazair, Pakistan, Uganda, Bangladesh, India, Arab Saudi, Nigeria, Palestina, dan Jerman.
Boediono menjelaskan, potensi zakat tidak lepas dari pembangunan ekonomi Indonesia selama 40 tahun terakhir ini. Peningkatan pendapatan dan taraf hidup sebagian besar masyarakat Islam Indonesia membuat potensi pembayar zakat semakin besar pula.
Pemasukan zakat yang tinggi dapat membantu mengatasi berbagai masalah sosial, terutama kemiskinan dan keterbelakangan di kalangan masyarakat Muslim. "Jika potensi riil ini dipadukan dengan program pemerintah dalam pengentasan kemiskinan, maka dapat lebih cepat teratasi.”
Disebutkan Wapres, pemerintah sejauh ini terus berupaya melaksanakan program untuk mengurangi beban kemiskinan. Antara lain program bantuan pendidikan, Bantuan Operasional Sekolah (BOS), program jamkesmas, beras miskin, program keluarga harapan bagi mereka yg sangat miskin, program bantaun sosial, bencana alam, program nasional pemberdayaan masyarakat yg diberikan langsung kepada desa dan kecematan.
Tetapi kemampuan APBN terbatas untuk seluruh program itu. Bantuan lewat pengumpulan dan penyaluran zakat sangat diperlukan. “Salah satu upaya pengentasan kemiskinan yang paling efektif adalah dengan berzakat.”